Author: Ongky Suherman Heng
Work From Home atau kerap diartikan sebagai “bekerja dari rumah” telah dilakukan sejak lama. Work From Home telah terjadi dalam peradaban manusia jauh sebelum virus Corona mewabah—bahkan masih terkait dengan sejarah profesi dan pekerjaan. Sejarah berkembangnya pekerjaan manusia sendiri telah pada era prasejarah. Kala itu, manusia purba bekerja dan mencari makan dengan berburu dan bercocok tanam. Jenis manusia pertama yang melakukan ini disebut Homo eargaster—secara harfiah berarti “manusia pekerja”—menghuni bumi pada 1,9 hingga 1,4 juta tahun lalu.
Konsep dasar bekerja di rumah sendiri mulai dikenal pada abad pertengahan, tepatnya abad ke-11 hingga ke-13. Britania Raya—kawasan yang cukup berkembang pada era tersebut— menjadi awal mula perkembangan kerja di rumah. Salah satu aspek pendukungnya adalah arsitektur rumah yang kerap ditemui di Britania Raya pada era itu yang berbentuk memanjang, di mana rumah tersebut dihuni oleh petani dan peternak.
Rumah panjang khas Britania tersebut memiliki arsitektur khusus agar segala pekerjaan dapat di lakukan di rumah; mulai dari aktivitas mengolah makanan di dapur, produksi sandang, hingga produksi susu. Para pedagang pun dapat berdagang di rumah pada masa ini. Alhasil, rumah tersebut didesain agar memiliki banyak ruangan guna menunjang berbagai pekerjaan di dalam rumah. Meskipun begitu, fungsi pokok rumah sebagai tempat tinggal keluarga tidak ditinggalkan.
Meskipun profesi yang dikerjakan di luar rumah semakin mendominasi hingga era neoklasik dan Revolusi Industri, aktivitas bekerja di rumah masih terus dilakukan di Britania Raya. Kondisi ini didukung dengan arsitektur bangunan dengan jendela yang besar agar mampu menerima cahaya matahari yang cukup dan memudahkan untuk bekerja. Pekerjaan yang kerap dilakukan rumah di antaranya penenunan sutra dan produksi jam. Berkembangnya konsep bekerja di rumah pada era tersebut juga dibuktikan dengan beberapa inovasi, salah satunya adalah tambahan sebuah ruang kerja dalam rumah panjang yang disebut top shop—di mana terdapat sebuah mesin uap yang terhubung ke ruangan ini untuk menggerakkan alat pintal dan tenun.
Ternyata, bekerja dari rumah merupakan aktivitas yang terus dilakukan seiring dengan perkembangan peradaban—bahkan telah akrab dengan manusia. Namun, apakah bekerja dari rumah dapat meningkatkan produktivitas seseorang? Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor pendorong produktivitas, bekerja di rumah merupakan fenomena menarik—salah satunya karena terdapat seorang ilmuwan yang melakukan eksperimen yang hingga kini berperan penting bagi ilmu pengetahuan.
Sir Isaac Newton—salah satu ilmuwan Inggris tersohor pada abad ke-17—kala itu sedang melanjutkan pendidikannya setelah mendapatkan gelar sarjana di tahun 1665 dari Trinity College, Cambridge. Namun hal buruk terjadi, pada tahun yang sama, penyakit bubonik mewabah di negaranya dan menewaskan lebih dari 100.000 penduduk. Akibatnya, seluruh institusi pendidikan—termasuk universitas—dan pekerjaan di berbagai sektor ditutup sementara. Para pelajar dan buruh harus belajar dan bekerja di rumah hingga wabah berakhir.
Meskipun begitu, Isaac Newton tidak tinggal diam dan berpangku tangan. Ia justru meningkatkan kinerjanya dan melakukan berbagai penelitian yang berguna bagi ilmu eksakta, khususnya fisika dan matematika. Ketika periode bekerja di rumah di Inggris dimulai, Newton secara intensif mengerjakan jurnal matematika—di mana teorinya kini dikenal sebagai kalkulus. Selain itu, eksperimen yang ia lakukan adalah teori optik yang kemudian diikuti dengan penemuan teori gravitasi. Teori terakhir tersebut ditemukan Isaac Newton saat sedang berada di kebun dan melihat apel yang jatuh. Melalui jatuhnya apel tersebut, Newton kemudian terinspirasi dalam menemukan teori gravitasi yang hingga kini masih berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi—mulai dari pesawat sederhana hingga teknologi canggih seperti roket dan pesawat terbang.
Setelah wabah bubonik berakhir pada 1656, Isaac Newton kembali ke Cambridge dan berhasil mendapat gelar profesor. Namun, siapa sangka, kinerjanya dalam melakukan riset di universitas tak seproduktif ketika ia bekerja di rumah. Ia tak lagi menemukan teori yang berpengaruh dan hanya melakukan penelitian sederhana—setidaknya hingga dasawarsa 1670-an, di mana ia berhasil menyempurnakan teleskop optik dan teori refraksi cahaya.
Agaknya, kondisi saat ini tak jauh berbeda dengan era Newton—memaksa kita untuk bekerja dari rumah dan merasa terisolasi dari hubungan sosial. hal ini dilakukan demi mencegah penularan virus Corona. Lantas, sudah siapkah Anda untuk bekerja dari rumah dan mendapatkan inspirasi untuk mengubah dunia—sebagaimana Isaac Newton?
Referensi
- https://republika.co.id/berita/q7l3xa385/teori-gravitiasi-ditemukan-kala-bekerja-di-rumah-saat-wabah
- https://kumparan.com/kumparansains/sejarah-wfh-alias-kerja-dari-rumah-ternyata-ada-sejak-1-juta-tahun-lalu-1t2jbmJ66Y2/full
- https://www.arsitag.com/article/gaya-tudor-salah-satu-gaya-arsitektur-unik-dari-inggris
- https://historia.id/sains/articles/kala-black-death-hampir-memusnahkan-eropa-P4neV