Peluncuran Crew Dragon SpaceX dan Masa Depan Ruang Angkasa Amerika Serikat

Author: M. Damar Shafy R.

Photo by SpaceX via unsplash.com

Keberhasilan peluncuran misi Crew Dragon pada hari Sabtu tanggal 30 Mei pukul 15.22 waktu lokal merupakan sebuah momen historis bagi Amerika Serikat. Setelah sembilan tahun harus menumpang roket Soyuz milik Rusia untuk pergi ke ISS akibat pembubaran program Space Shuttle pada tahun 2011, pada akhirnya astronot AS kembali bisa meluncur dari daratan mereka sendiri. Ditambah lagi dengan fakta bahwa roket yang digunakan bukanlah buatan badan pemerintah, namun merupakan hasil karya dari perusahaan swasta SpaceX, yang menjadikan AS negara pertama yang berhasil meluncurkan manusia ke ruang angkasa dengan roket reusable secara komersial (Foust, 2020). Dengan ini, AS dapat kembali berperan aktif dalam pengiriman manusia ke luar angkasa secara konsisten dan dengan biaya yang lebih murah.

Perlu diketahui bahwa sejatinya ilmu mengenai ruang angkasa dan roket ini menuntut beragam disiplin ilmu yang berkait dengan kedirgantaraan dan harus dikuasai sebuah negara serta mampu diaplikasikan melalui basis industri, teknologi, dan penelitian yang kuat. Mulai dari astronomi, aerodinamika, astrodinamika, ilmu material, elektroteknologi, propulsi, ruang lingkungan, metalurgi, kimia, dan beragam aspek ilmu sains lainnya, semuanya diperlukan untuk memastikan roket berhasil meluncur dari tanah dan menembus atmosfer sambil membawa astronot dengan selamat. Kesulitan dan mahalnya biaya untuk membangun kapabilitas demi menguasai dan menerapkan ilmu-ilmu tersebut yang pada akhirnya membuat negara menjadi satu-satunya entitas selama ini yang mampu mendanai dan menampung risiko kerugian dalam pengembangan roket ruang angkasa. Namun hal itu secara resmi berubah dengan keberhasilan SpaceX dan misi Crew Dragon yang diluncurkan oleh roket Falcon 9. Dengan ini, Elon Musk menunjukkan bahwa perusahaannya telah mencapai batu loncatan selanjutnya dalam menggapai visinya untuk mewujudkan penerbangan luar angkasa yang lebih murah dan lebih terjangkau. Momen bersejarah ini menandakan masa di mana negara tidak lagi memegang monopoli atas kapabilitas penerbangan ruang angkasa, dan memperlihatkan bagaimana entitas swasta mampu mengembangkan dan mendesain roket mereka sendiri (Alexander and Rudgard, 2020).

Sejak beberapa tahun yang lalu, AS dan NASA memang telah mempertimbangkan untuk melibatkan pihak swasta dalam pengembangan roket untuk membantu meringankan biaya dan memberikan dorongan inovasi ke dalam industri ruang angkasa. Ini menunjukkan tren yang berkepanjangan mengenai antusiasme Amerika terhadap ruang angkasa, apalagi setelah Presiden Donald Trump mengembalikan National Space Council yang saat ini langsung dipimpin oleh Wakil Presiden Mike Pence, dan juga pembentukan United States Space Force untuk mengurus masalah pertahanan AS dalam lingkup ruang angkasa. Peluncuran Crew Dragon kemarin juga kian memantapkan NASA dalam meneruskan kolaborasinya dengan pihak swasta, terutama mengenai program Artemis yang memiliki rencana untuk menaruh wanita pertama dan pria selanjutnya ke Bulan pada tahun 2024. Program Artemis menuntut kerja sama yang dekat antara pihak pemerintah dan swasta, yang mana pada beberapa waktu yang lalu NASA mengumumkan tiga perusahaan yang ditugaskan untuk membangun lunar landing systems untuk meringankan beban NASA dan meningkatkan kompetisi dan inovasi dalam industri. Ketiga perusahaan tersebut adalah Dynetics, Blue Origin — yang juga dipimpin oleh CEO dari Amazon, Jeff Bezos, dan SpaceX (Potter, 2020). Demonstrasi kapabilitas roket Falcon 9 dan kapsul Crew Dragon buatan SpaceX memperlihatkan jika NASA cukup berada dalam jalur yang tepat dalam mewujudkan visi tersebut.

Bisa dibilang bahwa peluncuran ini menandakan space age baru bagi Amerika dan membuat mereka kembali menjadi titik terdepan pengembangan kapabilitas peluncuran manusia ke ruang angkasa. NASA dan SpaceX pun telah berencana untuk melakukan peluncuran lagi pada tanggal 30 Agustus jika semuanya berjalan lancar (Grush, 2020). Dan selain menjanjikan masa depan dominasi ruang angkasa bagi AS serta menginspirasi para generasi muda untuk terjun ke ilmu ruang angkasa, misi ini bisa jadi merupakan awal dari era di mana perusahaan swasta dapat secara rutin mengirim manusia ke orbit Bumi. Di masa depan yang tidak jauh, mungkin saja terbang ke ruang angkasa bisa disamakan dengan penerbangan pesawat komersial biasa, dan membuat kian banyak orang memiliki kesempatan untuk menembus atmosfer Bumi dan menggapai ruang hampa. Menarik untuk kemudian memberikan perhatian penuh pada usaha-usaha yang dilakukan SpaceX dan NASA untuk mewujudkan visi mereka dan menempatkan manusia di dunia baru yang nun jauh di sana.

Referensi

  • Alexander, H., Rudgard, O., (2020). SpaceX and Nasa launch Crew Dragon spacecraft. The Telegraph.
  • Foust, J. (2020). Crew Dragon in orbit after historic launch [WWW Document]. SpaceNews.com. URL https://spacenews.com/crew-dragon-in-orbit-after-historic-launch/ (accessed 5.31.20).
  • Grush, L. (2020). SpaceX successfully launches first crew to orbit, ushering in new era of spaceflight [WWW Document]. The Verge. URL https://www.theverge.com/2020/5/30/21269703/spacex-launch-crew-dragon-nasa-orbit-successful (accessed 5.31.20).
  • Potter, S. (2020). NASA Names Companies to Develop Human Landers for Artemis Missions [WWW Document]. NASA. URL http://www.nasa.gov/press-release/nasa-names-companies-to-develop-human-landers-for-artemis-moon-missions (accessed 5.31.20).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.