Author: Arya Satya B., Hasna Roliansya, M. Putro Nugrahanto, Sagita Pradnya
“Hal utama yang membedakan adalah kualitas manusianya. Jika memang kualitasnya baik dan mendapat pendidikan terbaik, tentunya hasil yang diperoleh akan menjadi lebih maksimal”.
— Josephine Winda
Genap satu tahun sudah Indonesia dilanda oleh pandemi COVID-19. Pandemi ini tentunya mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, salah satunya adalah aspek pendidikan. Kebijakan dari pemerintah untuk stay at home dan melakukan physical and social distancing membuat sistem pendidikan yang sebelumnya tatap muka harus dialihkan menjadi sistem daring atau online. Hal ini tentunya menimbulkan permasalahan baru di kalangan pelajar yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat dalam sistem pendidikan baru seperti metode belajar mengajar, akses fasilitas internet, penggunaan gadget, dan masih banyak lagi. Apabila tidak ditangani dengan baik, permasalahan di dunia pendidikan ini akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan dan penanganan yang baik dengan meminimalisir penyebab-penyebab terjadinya permasalahan di dunia pendidikan pasca pandemi.
Sulitnya Melakukan Pemerataan Pendidikan
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan yang sangat besar. Di samping itu, kondisi geografis, sosial, budaya bangsa Indonesia yang sangat heterogen berkonsekuensi langsung terhadap kondisi masyarakat Indonesia. Indonesia merupakan negara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Nias hingga ke Pulau Rote. Menurut data jumlah pulau Indonesia ada sekitar 17.504 pulau. Pulau-pulau yang terpisah ini memberikan peluang sekaligus tantangan dan hambatan geografis bagi bangsa Indonesia kedepannya, khususnya dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Mayoritas wilayah Indonesia yang memiliki keterbatasan dalam mengakses pendidikan, terutama pada wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (Syafii, 2018).
Transformasi Metode Pembelajaran untuk Remote Learning
Transformasi kurikulum dan metode pembelajaran merupakan salah satu tantangan stakeholders pendidikan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara remote learning (pembelajaran jarak jauh). Untuk menghadapi hal ini, para stakeholders pendidikan dapat mengimplementasikan pedoman pembelajaran jarak jauh yang dibentuk oleh lembaga ternama seperti ISTE (International Society for Technology in Education). Terdapat dua aspek utama yang perlu disorot dalam meningkatkan efisiensi pembelajaran jarak jauh, yakni kecakapan dalam merespons beban emosional (responding to emotional toll) dan menyediakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (providing student-centered learning) (Morgan, 2020).
Menjalankan berbagai aktivitas pendidikan di kala pandemi pastinya memberikan beban emosional (stress, bosan, dan lain-lain) bagi semua orang. Adanya komunikasi mengenai kondisi emosi antara pengajar dan siswa merupakan hal utama yang perlu diperhatikan. Dengan mengetahui kondisi satu sama lain, kedua belah pihak dapat melakukan pemetaan kondisi emosi secara menyeluruh. Melalui hal tersebut, baik siswa maupun pengajar dapat menjalankan tugasnya masing-masing tanpa memberikan beban emosional secara resiprokal.
“It is the supreme art of the teacher to awaken joy in creative expression and knowledge”
— Albert Einstein –
Selain itu, mengingat kondisi siswa yang berbeda-beda, para pengajar perlu menciptakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan para siswa (Morgan, 2020). Sebelum menjalankan kegiatan belajar (pemberian materi, tugas, dan ujian), pengajar dapat menanyakan dan menyesuaikan model pembelajaran yang diinginkan oleh siswa. Secara laten, cara tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan partisipasi mereka (siswa berperan aktif, bukan pasif). Guru pun dapat mengeksplor berbagai metode pembelajaran yang baru, keluar dari cara-cara klasik dan dogmatik yang cenderung tidak disukai para siswa. Dengan demikian, para pengajar mampu membangkitkan semangat para siswa dalam menempuh segala kegiatan pembelajaran di tengah pandemi.
Ketimpangan dalam Dunia Pendidikan yang Nyata selama Pandemi
Pembelajaran metode daring yang baru telah menimbulkan ketimpangan dalam dunia pendidikan. Perlu diketahui, adanya pembangunan yang masih jawa-sentris, menyebabkan kontribusi yang kurang merata di seluruh daerah, termasuk wilayah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal) pembangunan infrastruktur yang dimaksud, salah satunya akses internet. Dikutip dari detiknet, bahwa pengguna internet 78,5% merupakan wilayah Indonesia barat. Selain itu, Ketua Peneliti survei 2014 APJII dari Puskakom UI, Endah Triastuti mengatakan bahwa penggunaan akses internet wilayah barat lebih besar daripada wilayah timur karena dua hal, yaitu jumlah pengguna dan Indeks Pembangunan Manusia. Wilayah luar Jawa, terutama wilayah timur memiliki tingkat melek huruf dan pendidikan yang rendah, dengan cara menaikkannya maka dapat meratakan pendidikan dengan wilayah Indonesia lainnya. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki keterbatasan akses internet sehingga, tidak semua lembaga pendidikan Sekolah Dasar hingga Menengah dapat menjangkau fasilitas internet dengan baik sebagai sarana belajar, karena jaringan internet yang belum berfungsi dengan baik (Agus, 2020).
Ketimpangan di dunia pendidikan selama pandemi ini semakin nyata. Berdasarkan hasil riset dari ISEAS-Yusof Ishak Institute, pada 21 Agustus lalu, hampir 69 juta siswa kehilangan akses pendidikan serta pembelajaran saat pandemi. Di sisi lain, 40% siswa yang memiliki latar belakang perekonomian yang mampu lebih mudah menggunakan metode pembelajaran jarak jauh. Dari riset ini, Yusof mengatakan adanya ketimpangan infrastruktur komunikasi, terutama di luar pulau Jawa. Selama kurang lebih 6 bulan, banyak keluarga yang jungkir balik demi membeli kuota internet, bahkan ada yang tidak memiliki ponsel termasuk di DKI Jakarta sekalipun. Pada 27 Agustus 2020, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan mengeluarkan surat keputusan tentang bantuan kuota internet kepada seluruh siswa di Indonesia. Namun permasalahan tidak langsung usai, karena alat penunjang berupa ponsel tidak semua masyarakat memiliki. Lalu munculah upaya swakelola warga, salah satunya yaitu BisaBelajar dari Yogyakarta yang menggalang dana untuk subsidi paket internet gratis kepada siswa dari keluarga miskin dan Wartawan Lintas Media yang menggalang donasi ponsel bekas dan menggalang dana melalui KitaBisa.com, untuk membeli ponsel yang akan dibagikan kepada siswa.
Ekonomi: Penyokong Utama Bagi Kemajuan Pendidikan
Pendidikan dan ekonomi tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaannya. Ekonomi merupakan penopang berjalannya pendidikan. Pendidikan adalah jalan untuk menuju kemajuan baik dari sosial, ataupun ekonomi. Jika ada kegagalan dalam sistem pendidikan, akan timbul berbagai masalah ekonomi seperti pengangguran, kriminalitas, dan lain sebagainya (Salkiah, 2020). Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, saat sistem pendidikan dialihkan menjadi metode daring, tentu diperlukan berbagai sarana prasarana untuk menunjang pembelajaran. Hal inilah yang membuat peran ekonomi terlihat dalam dunia pendidikan di masa pandemi. Kalangan yang memiliki ekonomi menengah ke atas, tentu memiliki kemudahan untuk mendapatkan fasilitas penunjang. Lain halnya dengan masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang terkendala dalam mencukupi berbagai fasilitas penunjang pendidikan jarak jauh. Contohnya adalah laptop, tablet, ataupun telepon genggam. Fenomena ini jelas memperlihatkan betapa vitalnya kedudukan ekonomi dalam memberikan aksesibilitas pendidikan bagi masyarakat di tengah pandemi. Dilansir dari edukasi.sindonews.com, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa banyak anak yang terpaksa mencari nafkah di masa pandemi ini. Selanjutnya, dikhawatirkan akan ada perubahan persepsi orang tua terhadap sekolah yang dianggap tidak memiliki peran penting karena tidak ada proses belajar-mengajar secara konvensional. Oleh karena itu, target pendidikan terkait mencapai kemampuan baca-tulis dan kemampuan berhitung juga terkendala sehingga angka buta aksara di Indonesia mungkin saja meningkat kembali. Solusi menghadapi tantangan terhadap akses pendidikan, khususnya pengetahuan dan keahlian, merupakan fondasi dasar untuk memenuhi target dari Sustainable Development Goals (SDG’s) lainnya. Hal ini tidak mungkin bisa dijalankan tanpa memiliki pendidikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberi perhatian khusus pada sektor pendidikan. Sektor ini merupakan inti sekaligus komponen penopang dari SDGs. Meninjau kondisi Indonesia saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa Covid-19 telah menghambat terwujudnya SDGs khususnya pada aspek kesetaraan serta pendidikan (Fitri dkk., 2020). Hal tersebut tentunya dapat diatasi dengan peran serta dari pemerintah untuk mengulurkan bantuan kepada masyarakat kurang mampu sehingga nantinya akan terjadi pemerataan fasilitas penunjang sehingga sumber daya masyarakat yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi (Salkiah, 2020).
Kesimpulan
Di masa pandemi seperti sekarang ini, tentu banyak hambatan baru yang dihadapi dalam kehidupan sosial masyarakat. Terutama pada bidang pendidikan. Hambatan seperti pembangunan yang tidak merata, kurikulum yang berubah, ketimpangan, hingga hambatan dalam hal ekonomi yang membuat pelajar tidak optimal dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk mengatasi segala permasalahan tersebut, agar nantinya sumber daya manusia di Indonesia tetap memiliki kualitas yang unggul berdasarkan pada pendidikan yang berkualitas. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan bantuan yang disalurkan dari pemerintah kepada masyarakat kurang mampu, melakukan penggalangan dana sosial di berbagai platform, tenaga pelajar dan peserta didik membuat inovasi dalam sistem pembelajaran agar senantiasa menarik. Dengan demikian diharapkan pendidikan di Indonesia akan tetap berjalan dengan baik sekarang dan untuk waktu yang akan datang.
Referensi
- Fitri, W., Octaria, M. dan Suwanny, N., (2020). Tantangan dan Solusi terhadap Ketimpangan Akses Pendidikan dan Layanan Kesehatan yang Memadai di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Syntax Transformation, 1(10), pp.766–776.
- Martoredjo, N.T., (2020). Pandemi Covid-19: Ancaman atau Tentangan bagi Sektor Pendidikan.
- Morgan, Hani, (2020). Best Practices for Implementing Remote Learning during a Pandemic. The Clearing House: A Journal of Educational Strategies, Issues, and Ideas. 93(3), 134–140.
- Prabowo, Haris, (2020). The invisible web. Online at https://tirto.id/-f34d, accessed 3 April 2021.
- Salkiah, Baiq, (2020). Perubahan Paradigma Pendidikan dan Ekonomi di Masa Pandemi Covid-19, Jurnal Media Bina Ilmiah, 15(1):3781–3788.
- Syafii, A., (2018). Perluasan dan pemerataan akses ke pendidikan daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Dirasat: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam , 4(2), pp.153–171.