Author: I Putu Fadya
“Bagaimana anda tahu bahwa kemajuan sains yang tiada hentinya tidak akan mendorong para ilmuan…untuk memikirkan bahwa kehidupan telah berlangsung dalam jangka waktu yang kekal, dan kehidupan itu bukanlah zat? Bagaimana anda tahu bahwa dalam 10.000 tahun orang tidak akan menganggap adalah lebih mungkin bahwasannya zat berasal dari kehidupan?”
— Louis Pasteur
Pada suatu ketika (seperti dalam sebuah dongeng), kebanyakan dari kita percaya bahwa makanan yang kita makan pada dasarnya sehat, bergizi, dan bebas zat-zat kimia berbahaya, bahwa periklanan yang sedang ada sekarang dapat dipercaya, dan bahwa label-label produk yang tertera benar-benar menggambarkan kualitas dan kandungan dari apa yang kita makan. Pada suatu ketika, sebagian besar penduduk dunia memercayai integritas pemimpin-pemimpin negara, kalangan pejabat, elit politik, dan tokoh-tokoh daerah mereka. Pada suatu ketika, kita memiliki anggapan bahwa anak-anak kita sedang mendapatkan suatu pendidikan yang mantap di sekolah-sekolah negeri. Pada suatu ketika, banyak dari kita percaya bahwa energi atom memiliki “manfaat-manfaat di masa damai” sungguh-sungguh aman dan cocok bagi sebuah masyarakat yang sehat dan bahagia.
Namun pada masa-masa belakangan ini, angan-angan kita telah dibuyarkan. Pembeberan berkali-kali terhadap skandal-skandal penggelapan yang merajalela, skandal-skandal politik besar, dan tempat-tempat pembuangan sampah beracun telah benar-benar mengancurkan kemurnian kepercayaan yang kita genggam sebelumnya. Sekarang kita tahu bahwa melalui media massa suatu kedok fantasi dan tipu muslihat dapat diciptakan dengan keahlian yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga menjadi tidak mungkin bagi kita untuk membedakan antara substansi yang hakiki dan tiruan, antara fakta dan ilusi.
Para ilmuan sebagai satu golongan yang telah lama mendudukkan diri terlindungi di dalam ruangan gadingnya, bersembunyi dari ketidakjujuran. Sains, di antara semua bidang lainnya, telah dianggap sebagai dara persesuaian yang utama terbebas dari para pencari dan pemberi kebenaran. Kemajuan-kemajuan teknologi sains modern yang begitu menakjubkan telah memberikan satu aura atau pancaran kesempurnaan. Di dalam Passages About Earth, William Irwin Thompson menulis “Sebagaimana halnya tidak pernah ada sekali pun seruan dari kekuatan agama yang tanpa resiko adanya kegagalan, jadi pada saat sekarang ini tidak ada seruan dari kekuatan sains yang tanpa resiko satu tuduhan irrasionalitas dan sakit jiwa.” Namun para ilmuan yang berada pada posisi-posisi penting di bidang akademis, industri, dan pemerintahan telah menunjukkan bahwa mereka benar-benar mampu mencampuradukan kepercayaan-kepercayaan dan ambisi-ambisi pribadi dalam riset mereka, sehingga merubah hasil-hasilnya.
Apabila hal ini terjadi maka kita tidak lagi berurusan dengan satu pencarian kebenaran melainkan berurusan dengan sebuah sains palsu dan serangkaian distorsi, pemalsuan, dan informasi palsu yang diakibatkan olehnya. Sayangnya, metode yang tidak ilmiah ini telah diterapkan pada hampir seluruh bidang penyelidikan ilmiah yang fundamental, yaitu alam dan asal-muasal kehidupan. Akan tetapi, ketika para ilmuan mengemukakan pemikiran-pemikiran yang tak teruji dan tidak dapat dibuktikan tentang asal mula kehidupan, orang-orang kecenderungan untuk menerima pemikiran-pemikiran itu dengan keyakinan buta.
Sejumlah ilmuwan memopulerkan pemikiran bahwa manusia semata-mata merupaan hasil penggumpalan dari molekul-molekul yang tidak berkesadaran. Namun mereka tidak dapat menjelaskan bagaimana molekul-molekul itu bisa merasakan kesenangan dengan melihat orang-orang yang dicintainya, atau merasa sedih atas kematian seseorang.
Sebuah pameran lama di Museum Ilmu Pengetahuan Alam (Museum of Natural History) di Los Angeles memamerkan sejumlah botol labu dan gelas kimia. Masing-masing botol labu dan gelas kimia tersebut berisikan salah satu dari zat-zat kimia yang ditemukan pada tubuh manusia, Keterangan yang ada di sana menjelaskan bahwa walaupun zat-zat kimia yang ditemukan pada tubuh manusia dalam berat dan proporsi yang tepat, zat-zat kimia itu tidak bisa dianggap hidup, atau tidak pula ada satu pun rekayasa ilmiah yang mampu membuat zat-zat tersebut menjadi hidup.
Seperti yang dituliskan oleh Michael Polianyi, penulis buku Reaksi-Reaksi Atom (Atomic Reactions),
Ilmu biologi saat ini didasarkan pada asumsi bahwa anda dapat menjelaskan proses kehidupan dalam istilah-istilah yang berhubungan dengan ilmu kimia dan ilmu fisika; dan tentunya, ilmu fisika dan ilmu kimia yang terutama digambarkan dalam hal-hal berkenan dengan terjadinya tekanan-tekanan antara partikel-partikel atom. Inilah sebab dari perubahan gambaran kita tentang manusia yang bergerak secara otomatis dengan kesadaran yang kurang atau sebagai seikat nafsu dan hasrat. Inilah alasan mengapa sains dapat dilibatkan dengan sangat mudah dalam mendukung kekerasan yang totaliter; inilah alasan mengapa sains telah menjadi sumber terbesar hasil pemikiran yang salah dan berbahaya.
Dewasa ini, banyak ilmuan sedang menebarkan doktrin bahwa kehidupan berasal dari zat. Karya-karya dan buku-buku teks populer mnegakui sebagai dalil bahwa kehidupan secara berangsur-angsur berasal dari zat-zat kimia, yaitu suatu “sup purba (primodial soup)” yang terdiri dari asam amino, protein, dan unsur-unsur penting lainnya. Namun demikian, para ilmuan tidak dapat membuktikan hal ini, baik secara eksperimental maupun teoritis. Sebenarnya para ilmuan ini mempertahankan pendapat mereka terutama didasarkan pada suatu keyakinan, bahkan dalam menghadapi segala macam sanggahan yang bersifat ilmiah sekalipun. Fisikawan Hubert Yockey telah menunjukkan melalui teori informasi bahwa satu molekul seperti cytochome sekalipun (apalagi organisme-organisme kompleks) tidak dapat muncul secara kebetulan dalam kurun waktu sepanjang umur bumi ini: “Walaupun bertentangan dengan ketetapan mantap yang telah ada, orang harus menyimpulkan satu skenario yang menggambarkan asal-usul kehidupan di muka bumi ini yang terjadi secara kebetulan dan oleh sebab-sebab alami yang dapat diterima berdasarkan pada fakta dan bukan berdasarkan pada keyakinan yang belum dituliskan.”
Demikian pula, beberapa ilmuan mengemukakan keyakinan yang dipegang secara luas bahwa matahari, bintang, galaksi-galaksi, dan kehidupan yang memiliki kesadaran, tiba-tiba muncul dari sebuah “ledakan besar (big bang).” Dr. Edwin Godwin, seorang ahli biologi dari Universitas Princeton, telah membandingkan kemungkinan-kemungkinan bagi sebuah planet seperti planet kita ini berasal dari sebuah “ledakan besar” dengan kemungkinan terwujudnya sebuah kamus lengkap yang berasal dari sebuah ledakan di sebuah perusahaan percetakan.
Ahli biologi terkemuka, W.H. Thorpe menulis “Kita mungkin dihadapkan dengan sebuah kemungkinan bahwa asal-usul kehidupan, seperti asal-usul alam semesta ini, menjadi satu rintangan yang tak dapat ditembus bagi ilmu pengetahuan dan menjadi suatu pengganjal yang menahan segala upaya untuk mereduksi ilmu biologi ke ilmu kimia dan ilmu fisika.” Dan Albert Einstein menegaskan, “Setiap orang yang terlibat secara sungguh-sungguh dalam upaya mengejar ilmu pengetahuan akan menjadi yakin bahwa roh adalah jelas atau nyata di dalam hukum-hukum alam semesta ini — roh lebuh unggul daripada manusia itu sendiri, dan kita, dengan kekuatan-kekuatan kta yang sederhana haruslah merasa rendah bersahaja.”
Maka dari itu, terciptalah sebuah logika bahwa kehidupan berasal dari kehidupan menunjukkan dengan logika sederhana bahwa kehidupan tidak dapat direduksi hingga ke atom-atom atau molekul-molekul, dan sang badan itu — tanpa kekuatan hidup, atau roh — tidak akan mampu menghasilkan kehidupan dalam bentuk apapun.
Referensi
- Weir BS. (2006). Intraspecific differentiation. In: Hillis DM, Moritz C, Mable BK (eds). Molecular Systematics. 2nd ed. Massachusetts: Sinauer Assc. pp 385–405.
- Swami Vivekananda, Essentials of Hinduism, Advaita Ashrama, Kolkaita, India, (2002).
- Eric Weisstein, Big Bang, World of Physics, Wolfram Research, http://scienceworld.wolfram.com/physics/BigBang,html
- Binder, P.M. (2008). Philosophy of science: Theories of almost everything. Nature 455 (16 Oct), 884–885, News and Views doi:10.1038/455884a http://fire.biol.wwu.edu/trent/alles/Binder_Nature_article.pdf
- Lemonick, M. D. (2004). Before the Big Bang. Discover magazine, February, 36–41. http://discovermagazine.com/2004/feb/cover
- Carroll, Sean (2010). From Eternity to Here. New York: Dutton, page 355.
- Krauss, Lawrence M. (2012). A Universe from Nothing: Why There is Something Rather than Nothing. New York: Free Press.